Senin, 29 Desember 2014

My Story :*

Check it out"Hidup adalah pilihan"
 Kalimat itu menggambarkan apa yang saya rasakan ketika menjatuhkan pilihan pada Farmasi..
Farmasi adalah pilihan utama saya untuk melanjutkan pendidikan setelah lulus dari SMA.

Awal masuk kuliah farmasi, saya tidak tahu apa yang akan saya pelajari. Satu hal yang saya tahu tentang farmasi hanyalah suatu jurusanyang berhubungan dengan obat-obatan. Titik !!
Dimana semua orang juga berpikiran kalau lulusan farmasi hanya akan menjadi "penjual obat" seperti yang ada di Apotek-apotek.
Apa yang dipikirkan oleh orang awam tidaklah salah. Hanya saja mereka tidak terlalu mengetahui tentangfarmasi seperti halnya saya.
Di awal semester, saya (dan teman-teman pastinya) diperkenalkan dengan beberapa alat-alat laboratorium yang entah apa kegunaan dari itu semua, dan juga diperkenalkan dengan mata kuliah yang sangat asing di telinga saya. Apalagi saya alumni dari Pondok Pesantren, bukan dari SMA negeri atau bahkan dari SMK Farmasi (yah, untungnya sih jurusan IPA) yaitu mata kuliah Farmasetika. Mata Kuliah farmasetika merupakan mata kuliah dasar di farmasi dan kata senior nih, Farmasetika induk dari farmasi itu sendiri..
Yang manaseorang farmasis harus menguasai mata kuliah tersebut. Karena mata kuliah tersebut mempelajari tentang bentuk sediaan obat, perhitungan dosis obat, cara membuat atau meracik obat dan juga mempelajari tentang tulisan yang biasa ditulis dokter diresep.
Bagi saya, Farmasetika merupakan mata kuliah tersulit di awal perkuliahan.
Dimana saya dituntut untuk menghapal setiap singkatan yang dituliskan diresep, kemudian memahami bahwa setiap bentuk sediaan obat memiliki rute pemberian obat yang berbeda seperti bentuk sediaan tablet, kapsul, dan pil diberikan peroral, lalu bentuk sediaan salep, krim, dan pasta diberikan untuk topikal. Yang mana sediaan tersebut juga memiliki konsistensi berbeda dalam formulasinya.
Dan JUJUR, semua itu sangat membingungkan untuk saya.

Namun, perjalanan saya masih cukup panjang untuk terhentikan dan untuk benar-benar menjadi seorang farmasis.
Masih banyak hal yang harus saya pelajari tentang farmasi itu sendiri, dan untuk menjadi farmasis yang berguna nantinya untuk keluarga dan masyarakat.
Masih banyak pula tantangan yang menanti saya didepan sana.
Saya pun tidak boleh putus asa dan harus tetap semangat untuk menggapai mimpi-mimpi saya.


Dan Yang Pasti Saya Bangga Jadi Salah Satu Mahasiswi Farmasi

Jumat, 19 Desember 2014

Seuntai Kalimat

       Dalam sebuah keterasingan aku berjalan kaku. Aku tak ingin menoleh sedikitpun ke belakang. Aku ingin terus menatap masa depan. Tapi di depan sana banyak sekali tikungan. Sebenarnya dalam hati kecilku aku merasakan ketakutan. Aku takut tersesat. Aku takut tak sampai pada tujuanku. Dan ternyata tiba-tiba kamu datang, menunjukkan jalan mana yang harus ku tempuh. Kamu memberikan arah menuju ke sana, menuju tempat terakhir di mana aku harus berhenti. Di mana aku harus berlabuh dan berhenti terombang ambing dari lautan kesepian yang sekian lama kurasa. Kamu perlahan-lahan menuntunku dengan segenap kemantapan dan suluruh keyakinanku.        
Pelan-pelan raja siang merayap meninggalkan peraduannya, menuju singgasana indah milik-Nya. Langit berwarna kemerah-merahan, burung-burung beterbangan menuju sarangnya, kembali ke tempat peristirahatan malamnya. Para kelelawar bergerombol menghiasi angkasa. Oh… betapa Tuhan melakukan perhitungan yang sangat matang dengan seluruh ciptaannya. Hingga Dia hadirkan sesuatu yang sangat menakjubkan di batas pergantian siang dan malam.  Perlahan-lahan rasa getir mendera pikiranku. Aku kalut. Aku ingin move on, tapi kenapa selalu nggak bisa. Terus dan terus stagnant, jalan di satu tempat. Satu tempat di mana hatiku tersakiti. Kembali terbayang dalam benakku betapa indah lukisan senyumnya di setiap mimpiku. Betapa menakjubkannya tawanya di setiap lamunanku. Oh… aku mencintainya. Benarkah apa yang kurasa? Dapatkah semua kusebut cinta? Gemuruh ombak kurasakan sama dengan gemuruh di hatiku. Kupejamkan mataku, aku ingin mengubur semua dalam masa laluku.