Bukan mami, bunda ataupun ibu. Malaikat itu kupanggil dengan panggilan MAMA.
Jangan menangis lagi Ma, karena air matamu seperti hujan tanpa henti. Melihat air matamu bagai bumi tidak memiliki matahari seperti hujan yang merendam seluruh bumi.
Aku tidak tau bagaimana caranya membuatmu benar-benar tersenyum tanpa ada sedikitpun goresan kesedihan, karena aku tau menangis adalah cerminan hati seorang perempuan.
Aku, adik ataupun kakak memang tidak akan pernah bisa mengembalikan sosok suami yang teramat kau cintai itu, tapi setidaknya kami akan berusaha membantumu melewati masa sulit itu bersama..
Kau rindu pada Ayah ??
Kami pun sangat merindukannya. Kita sama-sama orang yang ditinggalkan sosok"Malaikat" itu Ma..
Kami sama sepertimu, ingin menangis dan memanggilnya setiap saat. Sayangnya, 😢 kami tidak mungkin melakukannya. Jika kami ikut larut dalam kehilangan, lalu siapa yang akan menjadi sandaran kesedihanmu disaat satu satunya pendamping seumur hidupmu telah pergi?
Dan karena sejak kepergian Ayah, aku sudah bersumpah pada diriku sendiri untuk selalu menjadi salah satu alasanmu tersenyum.
Seandainya saja kami bisa membawa cinta sejatimu itu kembali, saat ini juga kami akan menjemputnya dengan cara apapun. Hanya untukmu, Mama.
Namun saat ini kondisinya berbeda. Lelaki yang teramat kau cintai itu bukan hanya sekedar pergi untuk bekerja seperti hari hari sebelumnya, bukan hanya sedang mengunjungi keluarga ataupun kerabat terdekatnya.
Tapi dia sudah menetap di rumah sang Pencipta. Kita sama-sama tau kalau kita hanya kuman kecil di bawah Kuasa-Nya. Apa yang sudah diambil Nya tidak akan pernah bisa kita minta kembali, dengan menukarkan nyawa sekalipun..
Kau memang sangat mencintainya, Ma. Akupun begitu. Namun cinta Allah kepadanya jauh lebih besar daripada kita. Mama.. Kami yang akan menjadi pelindung baja terdepan jika suatu hari nanti ada orang yang menyakitimu. Kami yang akan menjadi payung ketika hujan menyerang tubuhmu.
Kehilangan sosok Ayah bukan berarti kehidupan kita berhenti Ma..
Jika bagi Mama dia adalah pemimpin masa depanmu, bagiku dia adalah pengantar masa depanku. Dlalah lelaki yang cintanya paling sejati untukku. Dialah yang akan berfoto di sampingku dengan senyuman pelitnya, bersamamu dan mendampingiku di hari wisuda ku. Dialah satu-satunya orang yang akan menyerahkan tanganku kepada seseorang yang dihalalkan untukku suatu hari nanti. Dia juga sosok lelaki yang akan dipanggil dengan sebutan"kakek" oleh malaikat kecilku suatu saat nanti.
Itu semua adalah peta masa depanku, dan sekarang sudah hancur bersama kepergiannya. Jika Mama kehilangan sosok pendamping seumur hidup, maka aku kehilangan lelaki yang paling sejati cintanya di sepanjang hidupku..
Tersenyumlah Mama, demi Anak-anakmu